Senin, 18 April 2011
Bahagia Berbagi Bahagia
Pada suatu hari Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat beliau: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai oleh Allah?” Rasulullah SAW menjawab: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain, sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada orang yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih baik aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan” (Hadits riwayat Thabrani).
Berbagi bahagia bukan hal yang mudah. Karena seringkali kebahagiaan itu didapat dengan perjuangan yang sama tidak mudahnya. Bahkan seringkali kebahagiaan itu harus kita dapatkan dengan mengorbankan apa yang kita sayangi.
Rasulullah SAW menegaskan tidak ada yang dimiliki seorang muslim yang tidak layak untuk dibagikan. Jika tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan, hendaknya ia berbagi dengan memberikan manfaat dan kebaikan dengan orang lain (HR Muslim). Atau minimal berbagi bahagia lewat senyuman.
Berbagi telah diajarkan oleh alam, contohnya adalah kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Kepompong selalu bersabar dan bertahan dalam derita fisik dan kesendirian dalam proses metamorfosisnya. Kebahagiaan besar kepompong adalah ketika dirinya sempurna menjadi kupu-kupu. Ia tidak lagi sakit dan dijauhi makhluk lain, karena ia telah menjadi idola dan membuat kagum karena pesona dan keindahannya. Tapi kupu-kupu tidak lengah oleh pesonanya. Kupu-kupu tidak terbuai dalam kebahagiaannya. Seketika ia terbang untuk berbagi bahagia dengan hinggap di pucuk-pucuk bunga yang tengah menantinya. Kupu-kupu membantu bunga-bunga, mengantar serbuk sari pada putik bunga lain. Bunga-bunga pun tersenyum bahagia. Demikianlah kupu-kupu terus terbang dan melakukan pekerjaan yang dicintainya.
Berbahagialah dengan berbagi kebahagiaan. Karena dengan membahagiakan orang lain, niscaya kebahagiaan akan kita dapatkan. Wallahua’lam bi showab.
Sumber: majalah “YATIM” edisi “Bahagia Berbagi Bahagia”
Bla Bla Bla... � Bahagia Berbagi Bahagia
Berbagi bahagia bukan hal yang mudah. Karena seringkali kebahagiaan itu didapat dengan perjuangan yang sama tidak mudahnya. Bahkan seringkali kebahagiaan itu harus kita dapatkan dengan mengorbankan apa yang kita sayangi.
Rasulullah SAW menegaskan tidak ada yang dimiliki seorang muslim yang tidak layak untuk dibagikan. Jika tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan, hendaknya ia berbagi dengan memberikan manfaat dan kebaikan dengan orang lain (HR Muslim). Atau minimal berbagi bahagia lewat senyuman.
Berbagi telah diajarkan oleh alam, contohnya adalah kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Kepompong selalu bersabar dan bertahan dalam derita fisik dan kesendirian dalam proses metamorfosisnya. Kebahagiaan besar kepompong adalah ketika dirinya sempurna menjadi kupu-kupu. Ia tidak lagi sakit dan dijauhi makhluk lain, karena ia telah menjadi idola dan membuat kagum karena pesona dan keindahannya. Tapi kupu-kupu tidak lengah oleh pesonanya. Kupu-kupu tidak terbuai dalam kebahagiaannya. Seketika ia terbang untuk berbagi bahagia dengan hinggap di pucuk-pucuk bunga yang tengah menantinya. Kupu-kupu membantu bunga-bunga, mengantar serbuk sari pada putik bunga lain. Bunga-bunga pun tersenyum bahagia. Demikianlah kupu-kupu terus terbang dan melakukan pekerjaan yang dicintainya.
Berbahagialah dengan berbagi kebahagiaan. Karena dengan membahagiakan orang lain, niscaya kebahagiaan akan kita dapatkan. Wallahua’lam bi showab.
Sumber: majalah “YATIM” edisi “Bahagia Berbagi Bahagia”